Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan budaya dan juga peninggalannya. Kekayaan yang ada, tersebar begitu banyak di berbagai pelosok dan penjuru negeri. Salah satunya adalah Situs Bumiayu, merupakan situs kepurbakalaan sekaligus tempat penyimpanan dan pelestarian peninggalan budaya karena ditemukannya jejak fauna dan manusia purba tertua di Jawa.

Rabu (14/6/2023), melalui metode daring, Yayasan Pustaka Alam Bumiajuensis bekerjasama dengan Universitas Peradaban menyelenggarakan webinar nasional dengan tema “An Update Study and Conservation of Bumiayu Sites”. Kegiatan tersebut diadakan dalam rangka memperingati satu abad penggalian situs purbakala Bumiayu.

Dede Nurdiawati, M.Pd., Dosen Pendidikan Bahasa Inggris sebagai moderator, mengawal berlangsungnya kegiatan dengan lancar dari awal hingga selesai. Hadir memberikan sambutan dan laporan, Rektor Universitas Peradaban, Dr. Muh. Kadarisman, S.H., M.Si. serta Ketua Panitia Peringatan Satu Abad Penelitian Situs Bumiayu, K.R.T. Dimas Sastrowinoto, M.Pd.I.

Dimas dalam sambutannya mengucapkan terima kasih yang luar biasa kepada para peneliti berkenan hadir sebagai pembicara webinar. Lebih lanjut Harry berharap para pembicara dapat  menyampaikan banyak hal terkait situs Bumiayu sehingga menambah keilmuan hadirin yang mengikuti webinar.

Webinar secara resmi dibuka oleh Rektor Universitas Peradaban, Dr. Muh. Kadarisman, S.H., M.Si. Kadarisman menyampaikankan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan warisan purbakala terbesar di dunia. Salah satu daerah yang menjadi pusat penelitian kepurbakalaan adalah pulau Jawa.

“Temuan fosil purba homo erektus di Bumiayu merupakan fosil yang teridentifikasi berusia 1,8 juta tahun. Hal ini tentunya perlu penelitian lebih lanjut dan bisa mengubah pemahaman kita atas temuan homo erektus di benua Afrika yang berasumsi bahwa manusia purba ke homo erektus berevolusi menjadi homo sapien dan bermigrasi ke Eropa dan Asia, tidak terkecuali Indonesia”, sambungnya.

Mengakhiri sambutannya, Kadarisman menyampaikan harapan agar museum purbakala Bumiayu menjadi perhatian pemerintah daerah Kabupaten Brebes yang pernah menyatakan telah menyiapkan lokasi museum baru seluas 4 hektar. Kita berharap sesegera mungkin dapat diwujudkan, untuk membuktikan bahwa purbakala Bumiayu merupakan warisan budaya dunia, serta dapat dipatenkan oleh Unesco.

Beberapa peneliti hadir sebagai pembicara, yaitu Dr. Eng. Ir. Didit Hadi Barianto, S.T., M.Si., IPM. (Dosen Teknik Geologi UGM), Marlia Yuliyanti Rosyidah, S.Si., M.A. (Pamong Budaya Ahli Muda Museum dan Cagar Budaya Sangiran).

Hadir selaku pembicara kunci, Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Dr. Harry Widianto, DEA. Harry mengungkapkan pada sekitar 2,4 juta tahun yang lalu pulau jawa belum muncul ke permukaan bumi secara keseluruhan, terletak miring dimana bagian barat lebih tinggi dari bagian timur. Oleh karena itu Bumiayu berada pada pantai timur Jawa Barat dan datarannya sudah mulai terangkat dari laut, seperti gunung berapi.

“Beberapa fauna vertebrata pertama juga sudah muncul di Bumiayu, dimana fauna ini merupakan fauna tertua di pulau Jawa termasuk tertua di kepulauan Indonesia, diantaranya gajah dan kuda air. Pulau Jawa baru terangkat secara keseluruhan ke daratan mulai dari Anyer sampai Banyuwangi pada 1,6 juta tahun yang lalu. Hal ini dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik (sering menimbulkan gempa), erupsi gunung berapi, fluktuasi permukaan air laut akibat jaman es dan jaman antar es, dan pelipatan permukaan bumi yang membentuk pegunungan seperti Kendeng dan Serayu”, lanjut Harry.

Paparan selanjutnya disampaikan oleh Dr. Eng. Ir. Didit Hadi Barianto, S.T., M.Si., IPM. Dalam paparannya, Didit menjelaskan mengenai profil geoheritage Bumiayu dan pengembangan penelitian kepurbakalaan di masa depan. Tahun 2020 saya diundang oleh BPSMP Sangiran dan bertemu para pelestari, membahas mana saja koleksi atau temuan fosil yang akan diusulkan untuk menjadi geoheritage Bumiayu.

Ia juga menyampaikan bahwa bersama masyarakat, geoheritage Bumiayu bisa berkembang karena kita ingin memberikan warisan kepada anak cucu kita sebuah fenomena alam yang harus kita lestarikan dan konservasi. Dalam 1 tahun, 2 tahu, dan seterusnya kita coba untuk membangun program-program unggulan agar dapat berkembang menjadi pariwisata sehingga dalam pelestarian cagar budaya, masyarakat bisa memanfaatkannya dengan baik. Bagaimana menjadi pemandu profesional, bagaimana membuat Bumiayu menjadi booming, kita bisa bekerjasama dengan UGM, dinas pariwisata, dan berbagai pihak.

Sementara itu, Marlia Yuliyanti Rosyidah, S.Si., M.A. menuturkan bahwa dalam proses pelestarian cagar budaya ada dasar hukum yang melandasi, diantaranya Undang-Undang Cagar Budaya Nomor 11 Tahun 2010 dimana warisan budaya yang dilindungi adalah warisan budaya yang bersifat bendawi dan pelestarian yang terdiri dari tiga kegiatan berupa perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan. Tahun 2017 lahirlah Undang-Undang Nomor 5 yang mengatur kemajuan kebudayaan, diantaranya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan, serta penggunaan warisan yang bersifat non bendawi seperti tradisi lisan, adat istiadat, ritus, manuskrip, dan lain-lain.

“Riwayat pelestarian penemuan purbakala di Bumiayu yang dilakukan oleh BPSMP Sangiran. Dimulai tahun 2013, ada program untuk melakukan survey di Bumiayu untuk melihat peninggalan prasejarah, berselang 3 tahun dilakukan penyelamatan sinomastodon. Tahun 2017 kami melakukan pendataan dan konservasi fosil”, sambungnya.

Lebih lanjut, Marlia menjelaskan, tahun 2018 kami melakukan peninjauan ketika ada laporan temuan dari pelestari dan melakukan pendataan dan konservasi koleksi fosil yang sudah disimpan di rumah para pelestari. Tahun 2019 melakukan penyelamatan temuan, memberikan kompensasi kepada para penemu fosil serta melakukan kajian potensi tahap kedua. Tahun 2020, melakukan penyelamatan, sosialisasi, penataan display museum Buton, dan kajian potensi tahap ketiga. Pada tahun 2021, kami ingin mengerucutkan arah pelestarian situs Buton dan melakukan kajian rekomendasi terhadap koleksi-koleksi terpilih untuk diajukan sebagai cagar budaya. Marlia berharap, ke depan pelestarian temuan cagar budaya Bumiayu bisa semakin maju.

Categories: Berita