Dalam rangka studi kebudayaan, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Peradaban melakukan kunjungan ke museum-museum yang ada di Semarang, Solo, dan Yogyakarta. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24-25 Oktober 2024 dengan rombongan sejumlah 90 orang. Ketiga kota tersebut dipilih sebagai lokasi studi kebudayaan karena saling berkaitan dan memiliki ikatanyang erat dengan pendidikan, seni budaya, dan sejarah.
Kunjungan studi ini sangat berhubungan dengan beberapa mata kuliah yang mereka pelajari, diantaranya mata kuliah Pendidikan Sastra dan Bahasa Daerah serta mata kuliah Pendidikan Seni Tari dan Drama. Selama dua hari, para mahasiswa mengunjungi beberapa museum dan juga pertunjukan seni. Kegiatan dimulai dari Semarang, tepatnya ke Museum Ranggawarsita yang berada di pusat kota Semarang. Nama Ranggawarsita diambil dari nama besar pujangga terakhir keraton Surakarta Hadiningrat yaitu Raden Ngabehi (R.Ng) Ranggawarsita (1802-1870) yang terkenal dengan karya-karya sastranya. Museum Ranggawarsita mempunyai koleksi yang berjumlah 59.810 buah yang terbagi dalam 10 jenis, yaitu geologi, biologi, arkeologi, filologi, historika, numismatika, heraldika, keramologika, teknologika, ethnografika dan seni rupa.
Beralih ke kota Solo, Museum Keraton Solo atau Museum Karaton Surakarta Hadiningrat menjadi destinasi kedua kegiatan studi kebudayaan. Museum Keraton Solo adalah museum khusus yang mengoleksi benda-benda budaya peninggalan Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Museum Keraton terbagi menjadi dua bangunan utama di bagian barat dan timur. Kedua bangunan memiliki ruangan-ruangan yang memuat hasil kriya Karaton Surakarta. Di bagian depan museum terdapat ruangan Sasana Sumewa yang berisi sebuah meriam perunggu yang bernama Kyai Rancawara. Bangunan ini dulu digunakan sebagai tempat Pasewakan Agung, yaitu pertemuan antara raja dan para pesuruhnya. Di dalam ruangan bernama Siti Hinggil Lor terdapat singgasana raja yang bernama Dhampar Kencana. Benda-benda yang dikoleksi berupa peninggalan Keraton Kasunanan Surakarta dan beberapa pecahan candi yang ditemukan di Jawa Tengah. Bentuknya berupa alat masak abdi dalem, senjata-senjata kuno yang digunakan keluarga kerajaan dan peralatan kesenian. Selain itu, terdapat juga kereta kencana, topi kebesaran Pakubuwana VI, Pakubuwana VII, serta Pakubuwana X. Pengelolaan museum diserahkan kepada Keraton Surakarta dan pemerintah kota Surakarta.
Malam harinya berlanjut ke Taman Sriwedari atau Gedung Wayang Orang (GWO) untuk menonton pertunjukan wayang orang. Dibentuk tanggal 10 Juli 1910, Wayang Orang Sriwedari adalah pertunjukan wayang orang yang digelar setiap hari Senin hingga Sabtu dan disajikan berupa teater tradisional Jawa. Bentuk wayang orang merupakan percampuran dari seni drama yang berkembang dalam budaya Barat dengan pertunjukan wayang yang eksis dalam kebudayaan Jawa. Pemain wayang orang juga dirias sedemikian rupa hingga mengenakan kostum yang sama persis dengan tokoh pewayangan agar mirip dengan tokoh wayang dalam cerita yang dimainkan. Pada malam tersebut, wayang orang mementaskan lakon bertajuk Karna Lair. Berkisah tentang kehidupan Dewi Pritha atau Kunthi, sosok perempuan cantik yang rajin puasa dan beribadah ini adalah putri kedua Basukunti, Raja negara Mandura dalam wiracarita Mahabharata. Dia mempunyai ketajaman batin yang luar biasa dan oleh gurunya yakni Begawan Druwasa diberikan mantra “Aji Kuntha Wekasing Rasa Sabdha Tunggal Tanpa Lawan”. Wayang Orang Sriwedari, menjadi salah satu tradisi kesenian Solo yang masih lestari hingga kini.
Hari kedua, rombongan mahasiswa melanjutkan perjalanan mereka ke Museum Ullen Sentalu yang terletak di triangulasi gunung Turgo, Merapi, dan Plawangan, tepatnya hanya berjarak 3,7 kilometer dari puncak Merapi. Nama Ullen Sentalu merupakan akronim dari bahasa Jawi: “ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku” yang artinya adalah “Nyala lampu blencong sebagai petunjuk bagi umat manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”. Area seluas 1,2 hektar dengan berbalut hawa sejuk 15-25°C ini berada di Kaliurang, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Keindahan alam pegunungan Kaliurang yang berhawa sejuk tidak hanya menampilkan keindahan alam dan fauna yang beragam tapi juga menyimpan nilai filosofis yang membentang mulai dari Mataram Kuno hingga Mataram Kini. Museum Ullen Sentalu menawarkan foto-foto dan lukisan tokoh sejarah budaya Mataram Islam, kain batik vorstenlanden, karya sastra, arca-arca kebudayaan Hindu Buddha, dan koleksi etnografi era Mataram Islam yang membingkai kisah sosial ekonomi politik seni sejarah dan budaya Jawa, terutama kisah para putri di kraton Mataram yang tidak banyak dikisahkan kepada masyarakat awam.
Museum Sonobudoyo menjadi tujuan akhir dari kunjungan studi kebudayaan di tiga kota bersejarah. Sonobudoyo ,erupakan museum sejarah dan kebudayaan Jawa, termasuk bangunan arsitektur klasik Jawa. Museum ini menyimpan koleksi mengenai budaya dan sejarah Jawa yang dianggap paling lengkap setelah Museum Nasional di Jakarta. Selain keramik pada zaman Neolitik dan patung perunggu dari abad ke-8, museum ini juga menyimpan beberapa macam bentuk wayang kulit, berbagai senjata kuno (termasuk keris dan topeng Jawa).
Studi Kebudayaan menjadi momentum pentingnya mengenal warisan budaya bangsa yang sangat kaya, sekaligus membuka mata kita bahwa museum-museum di Indonesia ternyata sangat estetik, modern, dan kekinian, serta dikelola dengan memanfaatkan kemajuan teknologi digital. Kita patut berbangga menjadi bangsa Indonesia yang kaya akan budaya dan keberadaannya tetap lestari hingga kini.(early)