Pendidikan merupakan penopang untuk membangun peradaban bangsa. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk terus meningkatkan pembangunan sumber daya manusia melalui berbagai upaya cerdas. Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-Kuliah) adalah salah satu upaya untuk membantu mewujudkan asa generasi muda yang memiliki keterbatasan ekonomi namun berprestasi, untuk bisa melanjutkan studi di perguruan tinggi.
Universitas Peradaban sebagai pusat pembelajaran di Kabupaten Brebes yang sudah mencetak ribuan lulusan, menjadi salah satu perguruan tinggi di Indonesia penerima beasiswa KIP-Kuliah dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Salah satu syarat bagi penerima beasiswa KIP-Kuliah adalah bisa mempertahankan prestasi atau nilai akademiknya secara konsisten. Untuk itu, dalam upaya meningkatkan kualitas akademik mahasiswa penerima beasiswa KIP-Kuliah, Bidang III Kemahasiswaan Universitas Peradaban melakukan kegiatan Monitoring dan Evaluasi KIP-Kuliah Semester Ganjil Tahun Akademik 2023/2024 di Masjid Alfiah Nasucha, Senin (18/3).
Reni Rianingsih, S.Kom., Kepala Seksi Kemahasiswaan dan Tracer Study, memberikan sambutan pada kegiatan tersebut di depan ratusan mahasiswa penerima KIP-Kuliah, yang turut dihadiri Wakil Rektor III. Dalam sambutannya, Reni menyampaikan beberapa poin penting hasil monev LLDIKTI Wilayah 6 mengenai mahasiswa penerima beasiswa KIP-Kuliah, antara lain IPK dan prestasi pada semester ganjil belum ada peningkatan; penampilan mahasiswa tidak mencerminkan sebagai mahasiswa penerima KIP-Kuliah; tidak aktif mengikuti perkuliahan.
“Sesuaikan outfit kalian ketika berada di kampus dengan beasiswa yang diterima, jangan berlebihan. Bagi mahasiswa yang merasa sudah mampu silahkan menghubungi saya supaya beasiswa bisa dialihkan ke mahasiswa lain yang membutuhkan. Kemahasiswaan sudah membuat layanan pengaduan, mahasiswa bisa menyampaikan kendala yang dihadapi selama pembelajaran,” sambungnya.
Reni menambahkan, mahasiswa jangan sampai tidak mengurus KRS karena KRS adalah bukti kalian aktif sebagai mahasiswa pada semester yang sedang berjalan. KIP-Kuliah hanya mengcover biaya kuliah sampai dengan semester 8 saja jadi jika melebihi 8 semester maka mahasiswa penerima KIP-Kuliah harus membayar biaya kuliah secara mandiri, dan mahasiswa dengan IPK dibawah 3 harus membuat surat pernyataan sudah melakukan pembinaan.
Reni berpesan agar mahasiswa penerima beasiswa KIP-Kuliah datang ke kampus tidak sekedar untuk kuliah saja tapi juga harus punya prestasi, seperti mengikuti PKM, MBKM, lomba-lomba baik yang diadakan oleh Pemda maupun LLDikti.
Dede Nurdiawati, M.Pd., selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan menyampaikan urgensi evaluasi ini dalam mendukung pencapaian prestasi akademik sekaligus juga menekankan pentingnya saling bersinergi antara mahasiswa dengan kampus.
“Kami meminta mahasiswa untuk menjalani proses pendidikan dengan baik, mari berkompromi dan berkomitmen pada diri sendiri untuk merubah diri menjadi lebih baik. Tunjukan kalian bisa membuktikan bahwa kalian bisa berprestasi. Ketika tidak ada prestasi yang bisa dilaporkan ke pemerintah, kami tidak bisa berbuat apa-apa,” tegas Dede Nurdiawati.
“IPK dan prestasi mahasiswa penerima KIP-Kuliah perlu ditingkatkan, ketika mahasiswa tidak ada prestasi yang bisa dilaporkan ke LLDikti kami khawatir semua sistem kita akan diblok. Mahasiswa dengan IPK dibawah 3 sudah diberi warning tetapi ketika tidak ada perubahan, LLDikti memberikan ultimatum jika semester ini tidak juga ada perubahan IPK maka semester depan tidak boleh diajukan dan akan hilang beasiswanya. Jutaan manusia ingin kuliah, tapi kalian yang sudah difasilitasi kuliah gratis dengan anggaran dari pemerintah, tinggal datang ke kampus untuk belajar kok tidak mau datang untuk kuliah. Buat bangga orangtua kalian dengan rajin datang ke kampus untuk belajar. Silahkan aktif saja untuk mengikuti lomba apapun dan tunjukan semangat belajar dengan rajin mengikuti perkuliahan. Mudah-mudahan semester ini ada perbaikan prestasi belajar,” sambungnya,
Lebih lanjut Dede Nurdiawati menyampaikan hasil evaluasi LLDikti Wilayah 6 dimana masih ada saja mahasiswa KIP-Kuliah berpenampilan tidak selayaknya mahasiswa penerima beasiswa. Misal ke kampus menggunakan perhiasan seperti toko emas berjalan; HPnya Iphone, pakai motor mahal, pakai produk skincare, pakaian branded. Mohon dijaga gaya berpenampilan kalian selayaknya mahasiswa penerima KIP-Kuliah sehingga tidak menimbulkan kecemburuan mahasiswa regular dengan mahasiswa penerima KIP-Kuliah.
“Selain itu, jangan sampai pelaporan KIP itu telat, karena apabila satu mahasiswa menghambat pelaporan maka akan berimbas pada pencairan beasiswa lainnya karena proses tersebut menggunakan sistem. Selama ini BIdang III Kemahasiswaan rajin melakukan monitoring dan evaluasi untuk memotivasi kalian karena nanti sistem yang akan berbicara. Evaluasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur sejauh mana hasil perkembangan akademik mahasiswa penerima KIP-Kuliah sejak diterimanya bantuan beasiswa, sehingga evaluasi ini perlu dilakukan secara berkala untuk mengetahui dampak positif dari diberikannya bantuan ini terhadap prestasi akademik mahasiswa penerima beasiswa. Saya yakin disini tidak ada mahasiswa yang bodoh, semua mahasiswa itu pintar dengan segala kelebihannya masing-masing hanya saja kalian itu malas, tidak ada kemauan dan motivasi untuk berusaha menjadi lebih baik,” tegas Dede Nurdiawati.
Menutup sambutannya, Dede Nurdiawati berpesan agar mahasiswa memaksimalkan baik prestasinya, IPKnya, semangatnya, dan motivasinya sehingga pemberian bantuan beasiswa KIP-Kuliah bisa terukur sejauh mana berdampak positifnya perkembangan dan prestasi akademik mahasiswa.