Pada Selasa (27/2/2024) Universitas Peradaban menjadi salah satu institusi yang terpilih untuk pelaksanaan kegiatan penyuluhan stunting dan kesehatan reproduksi yang dipusatkan di Gedung A, Kampus Universitas Peradaban.
Penanganan masalah stunting saat ini menjadi salah satu fokus pemerintah. Untuk itu, Puskesmas di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes terus melakukan berbagai gerakan edukasi kepada masyarakat, dengan sasaran generasi milenial dan gen z, seperti yang dilakukan oleh Puskesmas Paguyangan. Mahasiswa menjadi sasaran utama dari pelaksanaan penyuluhan ini karena mereka ada di usia produktif yang sangat rentan terpapar penyakit menular seksual.
Acara dibuka langsung oleh Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Dede Nurdiawati, S.Pd., M.Pd. Dalam sambutannya, Dede menyambut positif kerja sama ini dan menegaskan kepedulian kita sangat penting dan dibutuhkan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Beberapa wilayah terpencil sekalipun yang akses transportasinya sulit dan tidak ada puskesmas. Masukan untuk Dinas Kesehatan perlu diadakannya fasilitas kesehatan di desa-desa terpencil agar masyarakat mendapatkan haknya.
Menutup sambutannya, Dede berpesan mari kita ikut aware dengan kanan kiri kita, apa action kita untuk membantu mengentaskan permasalahan kesehatan di masyarakat.
Sementara itu, Endang Sri Indrawati, S.Sos. dari Kecamatan Paguyangan mewakili DP3KB (Dinas Pemberdayaan Perempuan, Pengendalian Penduduk, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana) Kabupaten Brebes menyampaikan bahwa kegiatan ini digencarkan untuk memperkuat penurunan angka stunting.
“Salah satu tugas kami adalah memberikan edukasi dan pemahaman dalam rangka percepatan penurunan stunting di sasaran yang paling hulu, diantaranya remaja putra dan putri di tingkat SLTA dan universitas. Kami bekerja sama juga dengan KUA untuk mengadakan bimbingan perkawinan, posyandu yang ada di desa,” ungkap Endang.
Mudah-mudahan keberadaan kami membawa dampak positif bagi Mahasiswa Universitas Peradaban dan kerja sama ini akan berlanjut di even-even selanjutnya,’ pungkasnya.
Tiba di puncak acara, dr, Vivi Yustianingsih, M.Biomed. membagikan ilmunya seputar stunting dan kesehatan reproduksi. Dokter berlatar belakang pendidikan biokimia ini, selain berdinas sebagai dokter di Puskesmas Bumiayu juga aktif di organisasi pengendalian HIV AIDS. Menurutnya, Bumiayu menjadi salah satu sentral paling besar penyebaran HIV di pulau Jawa, kelompok mayoritas yang terserang adalah laki-laki usia produktif antara 17 s/d 40 tahun.
“ Sedangkan stunting merupakan kondisi gagal tumbuh secara fisik pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun,” jelasnya.
“Stunting pertama dimulai sejak masa konsepsi, sebelum terjadinya kehamilan karena kedua orang tua sudah kekurangan nutrisi khususnya protein. Selain kurangnya nutrisi, juga adanya kesehatan ibu yang buruk, ASI yang tidak optimal, serta ketidaksetaraan gender yakni akses terhadap gizi dimana anak laki-laki lebih diperhatikan asupan nutrisinya oleh orang tua dibandingkan dengan anak perempuan,” lanjut dr. Vivi.
Dengan dilakukannya edukasi stunting dan kesehatan reproduksi tersebut, diharapkan para mahasiswa dapat menyadari tentang pentingnya pemenuhan gizi dan meningkatkan kualitas kesehatan demi terhindar dari permasalahan stunting dan penyakit yang berkaitan dengan reproduksi