Bahan ajar merupakan salah satu dari sekian banyak cara terbaik yang bisa digunakan dalam menyampaikan materi atau melakukan pembimbingan dalam proses belajar mengajar sekaligus juga sebagai implementasi tujuan pembelajaran yang dikembangkan dari capaian pembelajaran pada Kurikulum Merdeka dengan profil pelajar Pancasila sebagai sasaran. Sejalan dengan hal tersebut, belum lama ini Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Peradaban mengadakan workshop nasional, pada Senin (29/5/2023) lalu. Kegiatan yang digelar secara daring dan live youtube ini, diikuti oleh mahasiswa, dosen, dan masyarakat dengan mengangkat topik bahasan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Hasil Penelitian dan Pengabdian.

Acara dibuka oleh Wakil Rektor I, Ujang Khiyarusoleh, M.Pd. Dalam sambutannya, Ujang menyampaikan bahwa penyusunan bahan ajar merupakan bagian dari tuntutan profesi dosen untuk terus meningkatkan pembelajaran. Kewajiban seorang dosen adalah melakukan tri dharma perguruan tinggi, yakni pembelajaran, penelitian dan pengabdian.

“Sehebat apapun kita dalam pembelajaran tanpa ada penelitian dan pengabdian, maka belum bisa dikatakan sebagai seorang dosen. Untuk menunjang pembelajaran apa yang kita kaji dari hasil penelitian maupun pengabdian, tuntutan akhirnya adalah luaran bisa berbentuk jurnal, prototype, haki, dan juga bahan ajar”, ujarnya.

“Dalam pembelajaran ada empat hal dasar yang harus dikuasai oleh seorang dosen. Satu, mampu mendekatkan diri kepada peserta didik/mahasiswa dimana dosen harus bisa memahami kondisi psikologis mahasiswa. Kedua, mampu mengkomunikasikan materi dimana menjadi dosen tidak sekedar cerdas saja tetapi juga harus memiliki kemampuan pintar menyampaikan materi, kadang ada dosen yang pintar sekali tapi belum tentu apa yang disampaikan dipahami oleh mahasiswa. Ketiga, penguasaan materi dimana dosen harus up to date, kaya dengan literasi untuk menunjang kemampuan penguasaan materi sehingga ketika ada mahasiswa bertanya atau mengeluh dengan materi yang disampaikan, dosen bisa menjawab dengan tegas. Keempat, administrasi pembelajaran merupakan bagian yang sangat urgen dalam proses pembelajaran, seperti menyiapkan silabus, bahan ajar, dan sejenisnya”, papar Ujang.

“Dengan workshop yang diinisiasi oleh LPPM ini, semoga dosen bisa lebih profesional. Silahkan mencermati lebih dalam dan mencuri ilmu sebanyak-banyaknya dari pemateri, dan aktif dalam sesi tanya jawab”, sambungnya menutup sambutan.

Agar dapat melakukan proses belajar mengajar dengan baik, pedoman mengajar adalah buku yang berisi rencana kerja pendidik meliputi upaya dalam meningkatkan, memperbaiki kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi proses pembelajaran.

Terkait menulis buku ajar, ada satu pendekatan yang lebih umum bahwa kalau kita ingin menulis buku ajar di perguruan tinggi, mestinya adalah buku ajar yang didalamnya menginternalisasi hasil-hasil pengalaman dosen dalam riset dan pengabdian kemudian dimasukan ke dalam pendidikan sehingga integrasi hasil penelitian dan pengabdian masyarakat ke dalam buku ajar itu menjadi tingkat tertinggi di sebuah universitas dalam hal menulis buku ajar, papar Prof. Dr. Muji Setiyo, S.T., M.T., Dosen sekaligus Guru Besar Universitas Muhammadiyah Magelang. Dalam workshop ini, Prof. Muji menjadi satu-satunya pemateri.

Pria lulusan Universitas Brawijaya tersebut menambahkan, kalau mahasiswa kita ajar dengan buku-buku ajar yang kita tulis sendiri berdasarkan hasil pengalaman riset kita, maka mahasiswa kita akan memiliki keunggulan, spesifik dibanding mahasiswa dari perguruan tinggi lain karena pengalaman riset masing-masing dosen itu berbeda. Pengalaman riset yang bagus dimasukan ke dalam buku ajar kemudian digunakan sebagai media pembelajaran, itu akan membuka peluang untuk membuat mahasiswa memiliki keahlian atau pengetahuan spesifik.

Menurutnya, ketika itu dikoleksikan dari semua kinerja dosen dalam menulis, sitasi, rekognisi menjadi reviewer, produk inovasi, maka akan ada peningkatan akreditasi bahwa saat akreditasi, prodi maupun institusi akan mengumpulkan kinerja-kinerja dosen, serta di sisi lain ada peningkatan kluster penelitian dan pengabdian masyarakat.

Menutup paparannya, Prof. Muji lebih lanjut menjelaskan, kalau ingin menyelesaikan penyusunan buku ajar yang paling penting adalah rencanakan penetapan waktunya, jangan membagi per bab karena lebih banyak gagalnya. Oleh karena itu ada Book Readiness Level (BRL), di dalamnya ada 14 titik level antara lain ada hasil yang valid, draft buku telah memasukan hasil penelitian yang valid disertai argument ilmiah yang memadai, draft buku sudah berbentuk bab-bab yang disusun berdasarkan body of knowledge yang utuh, draft memiliki isi yang memadai, draft telah menunjukan keunikan dibandingkan buku-buku yang sudah ada, telah dilakukan pemeriksaan similarity dan dipastikan bebas plagiasi, telah direview dan ada buktinya, telah memuat daftar referensi yang akuntabel dan relevan, telah dilengkapi daftar isi, kata pengantar, glosarium, indeks buku, profil penulis, serta dilengkapi dengan sinopsis.

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” – Pramudya Ananta Toer.

Categories: Berita