Dalam kehidupan bermasyarakat, peran etika sangatlah penting. Tata sikap, tata tutur, dan tata pikir yang lebih dikenal dengan istilah etika akan membentuk pribadi seseorang untuk bersikap rasional terhadap norma-norma moral dalam bermasyarakat sesuai perkembangan zaman. Penerapan etika yang baik akan menghasilkan hasil yang baik pula.
Kamis, 28 November 2024, Kemahasiswaan Universitas Peradaban melaksanakan kegiatan Workshop Pembinaan Karakter Mahasiswa dengan topik “Membangun Karakter Mahasiswa melalui Pembinaan Moral dan Etika di Kampus”. Kegiatan ini diwajibkan bagi mahasiswa Universtas Peradaban yang aktif mengikuti organisasi di kampus serta mahasiswa penerima beasiswa KIP, Pemda, dan Yayasan sebagai sarana untuk mendukung mahasiswa meningkatkan motivasi belajar dan berprestasi. Narasumber pada kegiatan ini adalah M. Shofi Mubarok, M.Pd. serta Lis Gunarto Puji Hartono, S.Pd., M.M. Keduanya merupakan dosen senior yang sudah mengabdikan diri sejak Universitas Peradaban masih berbentuk sekolah tinggi sekaligus juga sosok yang dari awal ikut memperjuangkan keberadaan kampus ini bisa eksis hingga kini. Acara ini dipandu oleh Ardiansah, mahasiswa Hubungan Internasional.
Kegiatan dibuka dengan sambutan Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Dede Nurdiawati, M.Pd. yang menyampaikan perlunya saling mengingatkan. Pendidikan karakter yang sudah diajarkan sejak menempuh pendidikan di tingkat dasar akan membantu kita untuk selalu ingat akan karakter, etika, dan perilaku yang baik. Tak lupa, beliau juga menegaskan bahwa mahasiswa yang hadir pada workshop tersebut menjadi agen penyebar kebaikan.
Sementara itu, M. Shofi Mubarok, M.Pd. dalam paparannya membahas mengenai Character Building for Gen Z, bahwa gen z adalah pemilik masa depan dan ke depan kamulah yang menentukan masa depanmu sendiri. “Ibarat sebuah pertandingan kamu akan menjadi apa? Apakah menjadi penonton saja atau menjadi pemain. Untuk itu, terlebih dahulu kamu harus mengenal dirimu sendiri,” ujarnya.
Sedangkan Lis Gunarto Puji Hartono, S.Pd., M.M. sebagai pemateri kedua dalam paparannya lebih menekankan pada pengembangan karakter melalui berbagai permainan yang melibatkan interaksi mahasiswa. Pak Lis memutarkan sebuah film berjudul Vertikal Limit yang secara implisit mengandung makna batas kesabaran kita sebagai manusia itu sampai dimana, ada batasnya atau tidak. Dalam penjelasannya, Pak Lis menyebutkan bahwa masing-masing orang mempunyai karakter dan kepribadian yang pastinya ingin dikembangkan.
“Kita tidak bisa mengalami pengalaman seumur hidup kita yang sama seperti pengalaman orang lain, untuk itu kita belajar dari pengalaman orang lain. Salah satunya dengan membaca kisah inspiratif serta melakukan contoh tauladan, seperti kisah inspiratif filosofi matematik dimana rumus matematika dideskripsikan menjadi kalimat,” pungkasnya.(early)